Wakaf MUI dan BI Bangun Halal Tourism Hub Buya Hamka, Role Model Pariwisata Ramah Muslim

0
23

JAKARTA –Pariwisata ramah muslim (PRM/muslim friendy tourism) potensi besar sebagai kekuatan pariwisata nasional Indonesia. Selain negeri ini memiliki penduduk muslim terbesar di diunia, juga obyek dan destinasi wisata halal dan wisata religi di Indonesia cukup banyak, tersebar di Nusantara.

Salah satu upaya mendukung pengembangan pariwisata yang mengusung nilai-nilai Islam dan etika universal ini, Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia (LWMUI/Wakaf MUI) bersama Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya akan membangun Pusat Pariwisata Halal (Halal Tourism Hub) Buya Hamka di Kawasan Danau Maninjau, Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

“Insya Allah, awal tahun 2024 sudah mulai dibangun Halal Tourism Hub Buya Hamka yang akan menjadi gateway pariwisata halal yang diharapkan menjadi role model pariwisata ramah muslim di Indonesia,”ungkap Sekretaris Lembaga Wakaf MUI, Guntur Subagja Mahardika. “Model bisnisnya berbasis wakaf produktif,”jelasnya.

Wakaf MUI dan BI menggandeng Politeknik Pariwisata NHI Kementerian Pariwisata, Yayasan Keluarga Besar Buya Hamka, Keluarga Besar Hajah Fatimah Karim Amrullah dan Buya AR Sutan Mansur, Nagari Sungai Batang, dan komunitas masyarakat Sungai Batang, untuk mewujudkan ekosistem pariwsiata ramah muslim di Kawasan Danau Maninjau.

Pencanangan (kick-off) Pembangunan Halal Tourism Hub Buya Hamka dilaksanakan di Aula Buya Hamka Gedung Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Kamis (14/12/2023). Hadir Sekretaris Wakaf MUI Guntur Subagja Mahardika, Deputi Direktur DEKS BI Diana Yumanita, Ketua Yayasan Buya Hamka Hisham Hamka, pakar desa wisata dari Poltekpar NHI Kemenpar Sumaryadi, dan perwakilan ahli waris Keluarga Besar Hjah Faimah Karim Amrullah dan Buya AR Mansur, Satriawan Tanjung.

“Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) adalah founding father yang menjadi salah satu pendiri MUI dan Ketua Umum MUI pertama. Langkah ini sebagai salah satu penghormatan kami kepada ulama besar, tokoh bangsa, figur teladan, yang menginspirasi umat muslim bukan hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara,”kata Guntur.

Halal Tourism Hub akan melengkapi Museum Hama dan Masjid Syech Amrullah di Maninjau yang saat ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dari Malaysia, Thailand, dan Singapura,”papar Guntur. Ini juga akan menjadi pusat pengembangan desa wisata di Nagari Sungai Batang dan sekitarnya. “Buya Hamka selain sebagai sosok figur teladan, tapi juga brand yang memberikan nilai timbah tinggi dan memiliki daya tarik wisatawan.

Deputi Direktur DEKS BI Diana Yumanita memaparkan Bank Indonesia konsens dalam pengembangan pariwisata ramah muslim sebagai bagian dari ekosistem rantai nilai halal (halal value chain/HVC) . “Konsep PRM sudah dirumuskan sejak beberapa tahun lalu, alhamdulillah saat ini bisa diwujudkan,”tuturnya.

Sumaryadi menjelaskan konsep PRM dimulai sejak 24 Juli 2021 melalui kajian dan diskusi-diskusi hingga melahirkan model yang bisa diimplementasikan. “Terharu dan bersyukur setelah beberapa tahun sekarang kita realisasikan bersama,”ungkapnya.

Ketua Yayasan Keluarga Besar Buaya Hamka, Hisham Hamka, menyambut baik program pariwisata ramah muslim Buya Hamka. “Kami bersyukur beliau yang sudah wafat 40-an lalu tapi meninggalkan nilai-nilai yang memberikan manfaat bagi anak cucunya,”katanya. Ia juga mengapresiasi film Hamka yang sudah episode kedua menjadi kebanggaan keluarga besar Buya Hamka.

Satriawan Tanjung yang mewakili ahli waris atas rumah warisan dari Prof Dr Karim Amrullah kepada Fatimah Karim Amrullah, kakak Buya Hamka, mewakafkan berjangka atas lahan sekitar 2.000 meter persegi yang diatasnya terdapat rumah peninggalan yang akan direkontruksi oleh Wakaf MUI menjadi rumah gadang yang akan menjadi Halal Tourism Hub Buya Hamka, menyampaikan keluarga mendukung atas pemanfaatan aset warisan tersebut untuk kepentingan umat. “Kami mengucapkan terimakasih atas kepercayaan keluarga ahli waris ibu Fatimah Karim Amrullah dan Buya AR Sutan Mansur, menjadi pahala dan berkah untuk wakif serta bermanfaat bagi masyarakat luas,”tuturnya.

Diana Yumanita menjelaskan, pengembangan ekosisten rantai nilai halal pariwisata ramah muslim mencakup pengembangan Muslim Friendly Travel Indikator (MuFTI) dan roadmap pengembangan berbasis komunitas/masyarakat.

Pendampingan pengelolaan serta penguatan kelembagaan komunitas berbasis syariah oleh Poltekpar NHI Kemenparekraf dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian eksistem pariwisata ramah muslim.

Sumaryadi menjelaskan ada enam sektor yang dikembangkan dalam implementasi smart muslim friendly tourism hub. Pertama, manajemen organisasi; kedua, sales center; ketiga, community business center; keeempat, integrated tourist information center; kelima, integrated guest house; keenam, local product showcase.*

LEAVE A REPLY